Tuesday, March 15, 2011

Enterpreneur Global Indonesia "Edward Forrer"


Edward Forrer

a. Latar belakang CEO PT. Edward Forrer
Nama : Edward Forrer
Tempat / tanggal lahir : Bandung, 25 Oktober 1966
Status : Menikah
Pendidikan :
* Sekolah Menengah Atas
Pengalaman :
1989-sekarang: Pemilik PT. Edward Forrer
1988: Bekerja di sebuah pabrik alas kaki.

Dalam wawancara yang diselipikan ilustrasi sejarah Edward Forrer, dijelaskan bahwa, keluarga Edward Forrer yang terdiri dari ibu dan 3 adiknya, hidup kekurangan. Pernah suatu malam, adiknya terbangun dari tidur, karena kelaparan (seharian mereka belum makan), ibunya hanya bisa menyuruh adiknya minum saja. untung, tiba - tiba ada tetangga yang datang membawa beras dan telor. Akhirnya tengah malam Edward Forrer dan keluarganya bisa makan. Dengan kondisi tadi, Edward Forrer bisa menyelesaikan SMA nya. Dan langsung kerja di pabrik sepatu di bagian gudang.

Saat itu, Edward Forrer yang punya hobi menggambar berusaha mendisain sepatu dan diajukan ke kantornya, tapi ditolak mentah – mentah . Sejak itu, Edo berusaha keras untuk bisa membuat sepatu sendiri dari disainnya. Mulai dari membuat pola dan menjahit. Tentu saja sulit sekali, karena harus belajar sendiri. Tapi setelah bisa, Edo mengundurkan diri, dan salutnya, Edo bilang bahwa dia tidak akan mengambil karyawan dari perusahaan lama, serta tidak akan memasarkan di toko yang dijadikan tempat pemasaran kantor lamanya karena akan dijajakan dari rumah ke rumah, naik sepeda.

b. Latar Belakang Usaha PT. Edward Forrer
Edward Forrer didirikan sesuai dengan nama pendirinya, Edward Forrer, yang akrab disapa Edo. Edo memulai usahanya berjualan sepatu dari pintu ke pintu (door-to-door). Ia menjual sepatu dengan desain yang dapat dikustomisasi. Sepatu buatannya ketika itu dikenal unik dan kokoh karena dibuat dengan tangan. Dengan cepat namanya menyebar dan dalam setahun, produksi sepatu yang awalnya hanya lima pesanan dalam seminggu bertambah menjadi lima pesanan dalam sehari. Pada tahun 1990, bermodalkan uang Rp.200.000 Edward membeli sebuah mesin jahit dan merekrut dua orang karyawan.

Seiring banyaknya pesanan, Edo mengubah sistem penjualannya. Ia tidak lagi berkeliling dari pintu ke pintu melainkan tetapi mengubah ruang tamu rumahnya yang berukuran 2 x 2 meter menjadi sebuah bengkel kerja dan ruang pamer. Usahanya terus berkembang hingga ia dapat menyewa sebuah toko di Jalan Saad, Bandung, dan empat tahun kemudian membuka toko yang lebih besar di Jalan Veteran No. 44 Bandung yang kini menjadi kantor pusat Edward Forrer. Setelah membuka toko di Jalan Veteran, penjualannya semakin meningkat. Pembeli yang awalnya berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah berubah menjadi menengah ke atas, dan dibanjiri orang-orang dari daerah lain, terutama Jakarta.

Dalam lima tahun pertama, Edo mampu membuat sendiri sepatu-sepatunya, namun dengan bertambahnya penjualan, ia mencari pemasok lain yang mampu memproduksi sepatu-sepatunya. Pada tahun 2003 Edward Forrer melakukan ekspansi besar-besaran dengan menambah gerai-gerai baru di Indonesia. Ia juga mewaralabakan merek Edward Forrer. Beberapa gerai waralabanya terletak di luar negeri seperti di Australia, Hawaii, dan Malaysia.

Mereka yang mengikuti tren terbaru dalam mode, termasuk mode alas kaki, harus terbiasa dengan sepatu Edward Forrer. Dia mulai pemasaran alas kaki pintu ke pintu di Bandung pada tahun 1989, dan sekarang memiliki outlet di daerah lain maupun di luar negeri.
"Tidak ada yang mustahil" adalah motto Edward. Semua impian dapat berubah menjadi kenyataan dengan keras, konsistensi kerja dan ketekunan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai dan menempatkan mereka dalam praktek. Itu adalah ide-ide yang berfungsi sebagai latar belakang saat ia memutuskan untuk menjadi pengusaha.

"Saya percaya setiap orang memiliki karunia unik yang dapat mereka gunakan untuk menjalani kehidupan mereka," kata Edward, yang lahir di Bandung pada 25 Oktober, 1966. Mungkin sikap yang telah memungkinkan Edward untuk menjadi sukses sebagai pengusaha sepatu. Sekarang ada 50 gerai Edward Forrer di negara ini. Namun, hanya sepertiga dari outlet milik Edward. Sisanya, termasuk yang di luar negeri, milik franchisee. Sebagai pemilik waralaba, Edward memberikan franchisee dengan pelatihan manajemen persediaan, desain barang dagangan visual, layanan pelanggan, manajemen keuangan dan perencanaan, perekrutan karyawan, seleksi produksi, penempatan pesanan, desain outlet dan bukaan besar.

Edward Forrer telah melakukan bisnis di sepatu kulit (dan tas) selama lebih dari 16 tahun. Edo, karena ia akrab ditujukan, hampir tidak dapat percaya bahwa produk-produknya, terutama alas kaki, sangat populer di kalangan penggemar fashion. Saat ini, produksi bulanan nya berdiri di sekitar 35.000 pasang sepatu.

Hidup ini benar-benar penuh kejutan. Ketika ia berusia 22 tahun, Edo hanyalah seorang karyawan biasa di pabrik alas kaki. Setelah bekerja di sana selama 11 bulan, ia terinspirasi untuk merancang alas kaki sendiri dan menjalankan bisnis sendiri. "Saya ingin menjalankan bisnis saya sendiri. Aku ingin memimpin dan bekerja dengan tim dan memecahkan masalah," katanya.

Tentu saja, menjalankan bisnis tidak mudah. Selain menemukan keberanian untuk mengambil langkah berani, dia juga harus bersaing dengan alas kaki yang dibuat oleh majikan lamanya. Itu sebabnya ia memutuskan untuk memilih pasar yang berbeda.

"Saya pikir ini adalah nilai-nilai yang saya harus mendapatkan motivasi di awal Anda ketika menjalankan bisnis harus murni dan Anda tidak perlu merugikan orang lain Sebaliknya,. Anda harus melengkapi orang lain. Ini berarti Anda harus melakukan bisnis Anda dengan integritas,." katanya.

Jadi, bersenjata dengan keberanian dan mimpi, Edo memasuki babak baru dalam hidupnya. Dia memiliki modal hanya Rp 200.000 dan menghabiskan semuanya pada bahan baku untuk alas kaki. Ia mengunjungi kenalan, kerabat dan teman-teman untuk menawarkan desain alas kaki-Nya. Dia akan membuat sepasang sepatu hanya ketika seseorang menaruh pesanan. Dia mempekerjakan dua pembuat sepatu untuk membuat sepatu. "Modal saya berasal dari uang muka atas perintah," kata Edo, yang mengatakan ia harus pergi dari satu tempat ke tempat lain pada sepeda untuk menjajakan alas kaki-Nya.

Seperti keberuntungan itu, banyak orang tertarik dengan produk disesuaikan. alas kaki-Nya dipromosikan dari mulut ke mulut. Akhirnya, pelanggan pergi ke rumahnya untuk memiliki sepatu dibuat. Pada saat itu, ia bisa menerima 30 perintah sehari. Untuk mengembangkan bisnisnya, ia meningkatkan produksi sehingga tidak hanya akan ia dapat menawarkan sepatu custom-made tapi juga sepatu siap pakai untuk pelanggan yang datang ke rumahnya.

Pasar yang tumbuh untuk alas kaki-Nya mendorong Edo untuk lebih mengembangkan PT Edward Forrer. Dia membuka toko pertamanya di Bandung dalam tiga-adanya ruang-empat meter. Toko pertama ternyata menjadi pintu gerbang bagi Edo untuk mencapai impiannya. Hanya dalam beberapa tahun, Edo menyadari impiannya untuk menjadi pengusaha sukses.

Untuk meningkatkan pasar, dia membuka toko lain di Jl. Veteran. Responnya luar biasa. Pelanggan datang bukan hanya dari Bandung tetapi juga dari kota-kota lain, khususnya Jakarta. Kesuksesannya Edo diminta untuk memperluas ke tempat lain, seperti Bali, Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia dan bahkan Malaysia, Hawaii dan Australia.

Edo diperhitungkan ekspansi ke luar negeri nya. "Saya percaya merek saya dan produk saya," kata Edo, ayah dari dua. Edo telah membuat Australia kantor kepalanya untuk pergi internasional. Dari Gold Coast, Australia, Edo mulai mengambil langkah-langkah untuk memenangkan pasar alas kaki internasional ritel. The "toko sepatu terbaik di dunia" adalah visi pemasarannya.

Edo mengatakan bahwa standar mutu Edward Forrer berbeda karena segmen pasar yang dimaksudkan berbeda. "Kami akan mengubah toko Australia kita menjadi sebuah proyek toko model untuk pasar internasional kami," kata Edo, yang membuka outlet pertamanya di Australia pada tahun 2003.

Namun, tidak semua bisnis-bisnis Edo telah berhasil. Dia mengatakan bahwa dalam rentang 18 tahun, ia telah gagal beberapa kali karena berbagai alasan, mulai dari lokasi strategis kurang sumber daya manusia. "Yang penting adalah bahwa kita bersedia untuk belajar dari kegagalan kita sehingga kita tidak akan tersandung untuk kedua kalinya," katanya.

Kunci keberhasilan bisnisnya, Edo mengatakan, adalah bahwa dia selalu memberikan kepuasan kepada pelanggannya. alas kaki-Nya bagi wanita, pria dan anak-anak yang terjangkau bagi kebanyakan orang. Dengan alas kaki nya seharga Rp 150.000 menjadi Rp 400.000 per pasang, jelas Edward Forrer ditujukan untuk kelas menengah dan atas. Selain kualitas, "Suasana nyaman harus dirasakan ketika sebuah toko pelanggan Shop asisten harus ramah dan toko nyaman,." Kata Edo.

Sementara itu, elemen kunci terhadap loyalitas pelanggan, Edo mengatakan, adalah produk dan jasa. "Para Edward Forrer masyarakat telah terbentuk. Mereka adalah fanatik," katanya. Itu sebabnya inovasi harus terus diperkenalkan kepada produk Edward Forrer. Dan selain memastikan bahwa alas kaki nya modis, Edo juga secara teratur meminta nasabah untuk memberikan umpan balik pada gaya sepatu mereka ingin melihat di toko-nya.

Edo percaya bahwa suatu usaha adalah alat yang ampuh untuk membangun kehidupan masyarakat, baik dalam hal keuangan, kesehatan, pengetahuan, perspektif, keterampilan keyakinan, dan karakter. Untuk menjaga karyawannya antusias, kepemimpinan yang dibutuhkan, dan tidak boleh ada kesenjangan antara kata dan tindakan. Prinsip ini sangat membantu dalam membangun bisnis yang sehat. "Ketika bisnis Anda adalah suara, maka secara otomatis akan berkembang. Ketika bisnis Anda berkembang, ini berarti arus kas positif dan ada laba," katanya.

Ini adalah pemahaman bahwa ia selalu menanamkan dalam pikiran nya 250 karyawan. "Jadi mereka tahu yang tentu saja perusahaan mengambil dan tujuan itu bertujuan untuk," tambah Edo.

Impormasi bekerja sama dengan produsen sepatu Edward Forrer mempersembahkan potongan harga (discount) sebanyak 30% untuk para pembaca situs Impormasi. Bagaimana cara mendapatkannya? Promo potongan harga ini hanya berlaku untuk pembelian secara daring (online) di situs Edward Forrer melalui tautan dari situs Impormasi.

Jika hendak melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, maka isi nomor kartu kredit anda pada kolom yang tersedia. Jika akan melakukan pembayaran via transfer rekening, nanti pihak Edward Forrer yang akan menghubungi anda sebelumnya.

Catatan: Saat ini situs Edward Forrer memberikan potongan harga sebesar 15%. Namun jika Anda membeli dengan prosedur di atas, Anda bisa mendapatkan tambahan diskon 15%, sehingga total potongan harga yang Anda dapat sebenar 30%.

Industri sepatu dalam negeri tak bisa lepas dari brand Edward Forrer dan Yongki Komaladi. Dari usaha door to door menjadi industri waralaba yang berkembang pesat. Bermodal tekad, ditambah nekat, juga semangat.

Edward Forrer lebih dikenal sebagai brand produk ketimbang nama orang. Persisnya merek produk sepatu dan tas untuk pria dan wanita. Produk ini sudah menyebar ke kota-kota besar di Indonesia. Maklum, Edward Forrer kini memiliki 47 gerai di Indonesia. Sejak tahun 2003, merek Edward Forrer bahkan telah merambah pasar negeri tetangga, Australia. Tiga tahun kemudian (26 November 2006) masuk ke Malaysia. Untuk menangani pasar internasional itu pula, sebuah kantor cabang dibuka di Kuala Lumpur, Malaysia.

Merek Edward Forrer, meski terdengar asing, sesungguhnya asli produk lokal Indonesia. Edward Forrer sendiri diambil dari nama pendiri dan pemilik usaha ini. Dialah Edward Forrer. Edo, begitu Edward biasa disapa, memulai segalanya dengan modal tekad, plus sebuah mesin jahit pinjaman serta sepeda kayuh.

Sebagai tulang punggung keluarga yang harus membiayai tiga adik, Edo dituntut bekerja keras. "Saya harus berhasil karena Ibu dan adik-adik menjadi tanggung jawab saya," kata Edo. Pria kelahiran 25 Oktober 1966 ini berasal dari keluarga sederhana. Orangtuanya bercerai ketika ia masih bocah. Edo harus melakukan pekerjaan apa saja demi menyambung hidup.

Mula-mula Edo muda bergabung dengan sebuah perusahaan sepatu. Dari sini pula pengalaman dan keahlian membuat sepatu dia timba. Pada pertengahan September 1989, Edo memberanikan diri merintis bisnis sendiri. Ia nekat keluar dari perusahaan sepatu yang selama bertahun-tahun menjadi tempat menggantungkan hidup.

Dengan modal sebuah mesin jahit pinjaman, Edo memulai. Ia berkeliling mengayuh sepeda, dari pintu ke pintu, menawarkan jasa membuat sepatu. Di tas gendongnya selalu tersedia beberapa contoh sepatu. Konsumen dapat memesan sepatu sesuai contoh atau menurut selera konsumen sendiri. Kemampuan menggambar yang dimiliki Edo memungkinkannya mampu membuat sketsa sepatu langsung di hadapan pemesan. Semua sepatu yang dihasilkannya diberi label sesuai namanya: Edward Forrer.

Jalan tak selalu mulus. Sepatu Edo kerap dicemooh dan karena pemasarannya door to door. Ia sering menerima perlakuan buruk. Dicurigai akan berbuat jahat sampai diusir dengan tidak sopan sudah jadi makanan sehari-hari. Sempat Edo merasa putus asa. Namun ia mencoba tegar kembali. Sambil membuat sepatu, Edo berusaha bertahan hidup dengan memberikan les matematika dan renang.

Dari para orangtua murid lesnya, Edo mulai menerima pesanan. Perlahan langganannya bertambah. Seminggu, Edo menerima lima order sepatu. Ia menangani sendiri seluruh lini usahanya, dari membeli bahan kulit, membuat pola, menjahit, menempel sol, hingga mengantarkannya ke pemesan. Dari para pemesan, produk Edo mulai menyebar. Dari hanya lima order seminggu, Edo mulai menerima lima pesanan sehari. Ia pun mencari tenaga tambahan.

Pada Agustus 1992, Edo mulai membuka toko kecil di Gang Saad, Bandung. Ia mempekerjakan 16 perajin sepatu dan dua pegawai toko. Konsumen tak perlu lagi memesan karena Edward Forrer, begitu Edo menamai tokonya, menyediakan beragam sepatu pria dan wanita. Meski stok tersedia, Edo tetap menerima pesanan. Dari sini ia mengetahui model sepatu yang digemari masyarakat. Model itu lantas dikembangkan untuk desain produknya.

Dalam beberapa tahun, Edward Forrer semakin terkenal. Wisatawan yang berkunjung ke Bandung, bila ingin berbelanja sepatu, selalu menyempatkan mampir ke gerai Edo. Pada saat krisis moneter datang tahun 1997, industri sepatu ikut pula terpuruk. Tapi tidak untuk sepatu buatan Edo. Edward Forrer justru semakin melambung. Ini lantaran Edo telah memiliki stok bahan baku untuk beberapa tahun.

Berbeda dari para kompetitornya yang terpaksa menyesuaikan harga, Edo malah bertahan dengan harga lama. Harga jual produk Edward Forrer antara Rp 100.000 dan Rp 400.000. Di saat-saat itu, penjualan Edward Forrer pun melesat. Edo sampai membuka tiga gerai baru di Veteran, Premier-Cihampelas, dan Kings' Shopping Centre-Kapatihan demi memenuhi permintaan konsumen.

Tahun-tahun berikutnya menjadi masa kejayaan Edward Forrer. Pada 2003, Edward Forrer beralih dari perusahaan perorangan menjadi perseroan terbatas. Hasilnya, pada semester pertama tahun 2003, Edward Forrer telah memiliki 16 gerai. Tujuh di antaranya berada di Bandung dan dua gerai di Bali. Sedangkan sisanya menyebar di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Semarang, dan Malang.

Pada 17 Agustus 2003, pertama kali Edward Forrer membuka gerai di luar negeri. Tepatnya di 333 George Street, Sydney, Australia. Dua tahun kemudian, pada awal 2005, Edward Forrer mulai membuka sistem waralaba. Dengan model bisnis seperti ini, gerai Edward Forrer pun berkembang kian pesat. Termasuk membuka kantor di Kuala Lumpur, tahun 2006. Hingga saat ini, Edward Forrer memperkejakan sekitar 200 karyawan.

2 comments: